Kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram yang cukup peresahkan masyarakat Indonesia saat ini tampaknya tidak terlalu berpengaruh bagi warga yang berda di wilayah Kelurahan Mulyorejo, Malang. Pasalnya, gas metana yang diperoleh dari tumpukan sampah dapat menjadi alternatif pengganti elpiji.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumpit Urang di Kelurahan Mulyorejo ini dioleh menjadi sumber energi yang menghasilkan gas metana dengan menggunakan teknologi khusus pengolahan sampah.
Warga hanya perlu mengeluarkan Rp10 ribu setiap bulannya sebagai iuran agar memperoleh gas olahan tersebut. Iuran ini dikelola oleh sebuah lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk bersama. Setiap bulannya, masyarakat dapat memperoleh gas metana sesuai dengan kebutuhan sebanyak 105 hingga 400 keluarga.
Pengolahan sampah ini telah beroperasi sejak setahun yang lalu. Meskipun kadang kala pipa penghubung pecah atau diperbaiki. Selain itu, terbatasnya anggaran untuk pengadaan pipa tidak mampu memenuhi kebutuhan seluruh rumah tangga. Sehingga direncanakan agar gas ditangkap dan dimasukkan ke dalam tabung.
TPA Supit Urang menjadi lahan pengolahan sampah menjadi energi gas metana yang cukup potensial. Pasalnya, setiap hari TPA dengan luas 30 hektare ini mampu menerima tumpukan sampah antara 400-600 ton. Sehingga tumpukan sampah ini berpotensi sebagai sumber penghasil gas metana.
Bila tumpukan sampah dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi penghasil gas, maka ibukota besar Indonesia yang kerap dipenuhi oleh tumpukan sampah tentu dapat diberdayakan menjadi energi pengganti elpiji, kenapa tidak?
Baca Juga Artikel Lainnya:
Anas Urbaningrum Akan Dijemput Paksa KPK
Megawati Berikan Ruang Untuk Pemimpin Muda
Anggota DPR Anggap Presiden SBY Pahlawan Kesiangan
Ikut Olimpiade Musim Dingin, Atlet Dilarang Twitteran
Ini Kronologi Gedung C FISIP UI Ludes Terbakar
Jemaat Gereja Koptik Ini Akhirnya Miliki Rumah Ibadah Tetap
Konselor CBN Siap Sedia 24 Jam Setiap Hari.
Sumber : Tempo.co/Jawaban.com/Lori